Tapi untuk membulatkan tekad yang selama ini masih berbentuk persegi panjang. Agar para permuda bisa bersatu dan berjuang bersama demi kemerdekaan Ibu Pertiwi. Tekad itulah yang tercermin dalam tiga kalimat sakti Soempah Loe!, eh Soempah Pemoeda…
Kebayang gak sih, gimana wajah Ibu Pertiwi kelak di masa depan kalo kader-kader pemimpinnya saat ini sibuk dengan urusannya sendiri. Waktu hidupnya lebih banyak dipake buat ngejar kesenangan dunia. Duitnya yang pas-pasan dituker ama karcis konser musik musisi idola. Fisik dan nyalinya yang kuat dijadikan modal tawuran. Jiwa mudanya diperas abis-abisan untuk meraih popularitas. Dan isi kepalanya banyak dicekokin content yang berbau pornografi dan pornoaksi. Boro-boro mikirin nasib bangsa dan negara yang tengah dijajah oleh negara-negara maju. Kasian deh Ibu Pertiwi. Yang Muda Yang Berjasa Waktu itu tahun 92 H/711M. Pasukan Muslim di bawah pimpinan Panglima muda berusia 25 tahun bela-belain menyebrangi selat Gibraltar (Jabal Thariq) biar bisa sampe di Spanyol. Atas pertolongan Allah, pasukan raja Rhoderick (Spanyol) yang berkekuatan 100.000 pasukan tumbang di tangan pasukan Muslim yang hanya berjumlah 7000 plus 5000 pasukan tambahan. Kamu tahu siapa panglima muda itu, dialah Thariq bin Ziyad yang membuka penyebaran Islam di negeri matador Spanyol. Dulu, waktu Rasul saw masih hidup, beliau pernah bersabda: “Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” [H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335]. Kamu tahu pren, Konstantinopel adalah basis kekuatan Nasrani yang yang dikuasai oleh Kaisar Heraklius. Makanya Allah swt dan Rasul-Nya begitu memuliakan orang-orang yang ikut andil menumbangkan Konstantinopel. Setelah beberapa kali gagal, tujuh abad kemudian kaum Muslimin berhasil menaklukkan Konstantinopel atas petolongan Allah swt. Tepatnya pada hari Selasa tanggal 20 Jumadil Ula 857 H bertepatan tanggal 29 Mei 1453 M, melalui tangan seorang pemuda yang baru berusia 23 Tahun. Dialah sebaik-baiknya pemimpin seperti disebutkan dalam hadits Rasul di atas. Pemuda itu adalah Sulthan Muhammad Khan (Al-Fatih) putera Sulthan Murad II. Pren, Thariz bin Ziyad atau Muhammad al-Fatih hanya dua gelintir aja pemuda Islam yang oke banget. Bukan karena fisiknya yang macho atau wajahnya yang cute. Tapi karena kontribusinya yang begitu besar dalam penyebaran Islam. Selain mereka, sejarah Islam mencatat pemuda-pemuda yang nggak kalah okenya. Diantaranya Ali bin Abi Thalib (8), Thalhah bin Ubaidillah (11), al Arqam bin Abil Arqam (12), Abdullah bin Mas’ud (14), Sa’ad bin Abi Waqash (17), Umar bin Khatthab (26), Ja’far bin Abi Thalib (18), Zaid bin Haritshah (20), atau Mushab bin Umair (24). Emang udah seharusnya pemuda-pemudi maupun remaja-remaji muslim nggak cuman mikirin diri sendiri. Tapi jadi ujung tombak perubahan ke arah yang lebih baik sebagai agen of change. Yuk! Ambil Peran Itu Guys! Pren, kini saatnya kita tunjukkan pada dunia. Kalo remaja bukan cuman bisa hura-hura. Remaja juga bisa berkarya nyata sesuai dengan kebisaan kita dan berjasa bagi bangsa, negara, dan agama. Tapi sorry, kita bukannya nyari popularitas lho. Apalagi bawa-bawa pesan sponsor. Nggak lah yauw. Dari awal kita niatkan cuman ridho Allah yang jadi tujuan setiap amal baik kita. Emang nggak mudah mengawalinya. Tapi kita yakin pasti bisa. Cuman satu yang kita perluin sekarang, kemauan yang keras untuk menjadi duplikatnya Thariq atau al-Fatih. Ibnu Abbas r.a. berkata: “Tidak ada seorang Nabi pun yang diutus Allah, melainkan ia (dipilih) dari kalangan pemuda saja (yakni antara 30 - 40 tahun). Begitu pula tidak ada seorang ‘alim pun yang diberi ilmu, melainkan ia (hanya) dari kalangan pemuda saja. Kemudian Ibnu Abbas r.a. membaca firman Allah swt. dalam surat Al Anbiya ayat 60: “Mereka berkata: ‘Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim." (Tafsir Ibnu Katsir III, halaman 183). Kemauan yang kuat udah tentu nggak datang dengan sendirinya. Tapi dibangun dari sebuah pemahaman yang menyulap keraguan kita menjadi kebulatan tekad. Semangat kita jadi nggak setengah-setengah, tapi basah kuyup sekalian. Untuk melahirkan kemauan yang keras, mau nggak mau kita mesti bergerak. Karena berdiam diri hanya akan membekukan hati dan memasung langkah kita. Untuk itu, hal pertama yang mesti kita perbuat adalah nuntut ilmu. Yap, dengan belajar Islam, kita jadi tambah wawasan Islam, tahu kondisi umat Islam, dan makin mengenal kemuliaan aturan hidup Islam. Informasi ini yang memancing alam pikiran kita untuk mencari tahu ada apa dengan umat Islam yang hidup terjajah. Sehingga kita memahami mestinya ada yang bergerak untuk menyadarkan umat. Ada yang kudu berani menjadi martir revolusi yang membakar semangat umat untuk mengembalikan kejayaan Islam dan kaum Muslimin. Disitulah peran kita sebagai pemuda. Menjadi martir revolusi! Hal kedua yang nggak kalah pentingnya adalah mengaitkan perilaku di dunia dengan kehidupan akhirat kelak. Ini yang akan menjaga kemauan keras kita agar tetap dijalur yang benar. Karena setiap detik yang kita lalui, itu ada itung-itungannya di hari perhitungan nanti. Dengan begitu, kita akan lebih waspada dengan godaan materi atau popularitas yang bisa menyeret kita masuk dalam kubangan dosa. Imam Asy Syafii mengatakan: "Sesungguhnya kehidupan pemuda itu, demi Allah hanya dengan ilmu dan takwa (memiliki ilmu dan bertakwa), karena apabila yang dua hal itu tidak ada, tidak dianggap hadir (dalam kehidupan)." Nah pren, kita pastinya nggak pengen masa muda kita habis nggak jelas gitu lantaran terhanyut budaya sekuler yang mengejar kesenangan dunia. Kita juga nggak rela dong nasib umat Islam dan kita menderita akibat penjajahan. Makanya wajar kalo kita-kita yang masih muda, kuat, dan cakep ini mesti ambil peran sebagai agen of change. Untuk kebaikan Islam dan kaum Muslimin. Jangan tunggu esok. Jangan liat orang lain. Mulai hari ini, ikut ngaji. Pake aturan hidup Islam. Dan jadilah seorang martir revolusi. Kalo bukan kita siapa lagi!